lagu.kompak.or.id – Makna lagu Bersenja Gurau karya Raim Laode menghadirkan pemaknaan cinta yang jauh lebih luas dan mendalam dibandingkan gambaran cinta romantis pada umumnya. Lagu ini tidak hanya berbicara tentang perasaan antara dua insan, tetapi mengajak pendengarnya untuk merenungi kembali arti cinta yang sesungguhnya. Melalui lirik yang sederhana namun sarat makna, Bersenja Gurau menjadi refleksi tentang cinta yang berakar pada nilai spiritual, ketulusan, dan kesadaran akan Sang Pencipta.
Berbeda dari banyak lagu cinta yang berfokus pada hubungan romantis, patah hati, atau kerinduan kepada manusia, lagu ini justru menawarkan sudut pandang yang lebih tenang dan luas. Raim Laode seolah mengajak pendengarnya untuk berhenti sejenak dari hiruk pikuk definisi cinta yang dibentuk oleh film, novel, dan budaya populer, lalu kembali bertanya pada diri sendiri tentang tujuan dan arah dari rasa cinta itu sendiri.
Cinta dalam Perspektif yang Lebih Luas
Salah satu pesan utama dalam makna lagu Bersenja Gurau adalah pemahaman bahwa cinta tidak seharusnya dimaknai secara sempit. Cinta bukan hanya soal ketertarikan emosional atau hubungan antara laki laki dan perempuan, tetapi juga tentang hubungan manusia dengan Tuhan. Dalam lagu ini, cinta kepada makhluk diposisikan sebagai bentuk cinta yang lahir karena cinta kepada Allah. Dengan kata lain, cinta menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, bukan sebaliknya.
Lagu ini menyinggung bagaimana persepsi tentang cinta sering kali terbentuk oleh cerita cerita fiksi yang kita konsumsi setiap hari. Berpacaran kerap dianggap sebagai simbol cinta sejati, padahal pemaknaan tersebut belum tentu mencerminkan hakikat cinta yang sebenarnya. Bersenja Gurau hadir sebagai pengingat bahwa cinta sejati seharusnya membawa ketenangan, bukan sekadar gejolak perasaan.
Kritik terhadap Cinta Duniawi dan Lagu Galau
Makna lagu ini juga dapat dibaca sebagai bentuk kritik halus terhadap dominasi lagu lagu galau dan cinta duniawi. Raim Laode mengekspresikan kejenuhan terhadap lagu lagu yang terus membawa pendengarnya pada kesedihan, kenangan pahit, atau ketergantungan emosional kepada manusia. Lagu lagu semacam itu sering kali membuat cinta terasa berat dan menyakitkan, padahal cinta yang sehat seharusnya mendekatkan manusia pada kebaikan dan kesadaran diri.
Dalam Bersenja Gurau, disampaikan pesan bahwa mencintai makhluk atau materi tanpa landasan cinta kepada Allah dapat membuat manusia terjebak pada kekeliruan. Ketika cinta tidak memiliki arah yang jelas, ia justru berpotensi menjauhkan manusia dari makna hidup yang sebenarnya.
Makna Pujian dan Kesadaran Spiritual
Bagian menarik dari makna lagu Bersenja Gurau adalah refleksi tentang kebiasaan memuji sesuatu. Dalam kehidupan sehari hari, umat diajarkan untuk mengawali pujian dengan menyebut nama Allah, seperti mengucapkan masya Allah. Hal ini bukan sekadar kebiasaan lisan, melainkan bentuk kesadaran bahwa segala keindahan dan kebaikan berasal dari-Nya.
Analogi tentang lukisan dan pelukis menggambarkan pesan ini dengan jelas. Mengagumi karya tanpa mengingat penciptanya dianggap sebagai bentuk kekeliruan. Lagu ini mengajak pendengar untuk selalu menempatkan Allah sebagai pusat dari rasa kagum, cinta, dan syukur.
Refleksi Keluarga dan Kedewasaan Cinta
Bersenja Gurau juga memiliki dimensi personal yang kuat. Lagu ini lahir dari pengalaman dan pelajaran yang dialami Raim Laode dalam keluarganya sebelum menikah. Hal tersebut membuat lagu ini terasa jujur dan dekat dengan realitas kehidupan. Cinta tidak digambarkan sebagai sesuatu yang mewah, melainkan sebagai proses belajar, memahami, dan bertumbuh bersama.
Penutup
Makna lagu Bersenja Gurau karya Raim Laode adalah ajakan untuk memaknai cinta secara lebih dewasa dan utuh. Lagu ini menempatkan cinta sebagai jalan spiritual, bukan sekadar emosi sesaat. Dengan lirik yang reflektif dan pesan yang mendalam, Bersenja Gurau menjadi pengingat bahwa cinta sejati adalah cinta yang berlandaskan pada kesadaran akan Tuhan, membawa ketenangan, serta menumbuhkan rasa syukur dalam menjalani kehidupan.
Sumber : facebook Raim Laode.
